8jeddah.com – Milisi penguasa Yaman, Houthi, dilaporkan mulai merekrut anggota baru untuk menjadi pasukan. Ini terjadi saat kelompok sokongan Iran itu melancarkan serangan ke beberapa kapal dagang yang terafiliasi dengan Israel dan sekutunya di Laut Merah sebagai tanda solidaritas terhadap Gaza dan Hamas. Mengutip Al Jazeera, Houthi telah merekrut dan melatih lebih dari 200.000 pejuang baru sejak kelompok tersebut memulai aksinya di Laut Merah. Aksi ini dilakukan untuk menekan Israel agar menghentikan serangan di Laut Merah.
“Dukungan rakyat memberi Houthi modal politik yang sangat besar di Yaman dan menyebabkan perekrutan puluhan ribu pejuang baru,” menurut para analis dan pernyataan kelompok tersebut.
Perekrutan ini menambah catatan baru bagi negara-negara dunia. Peneliti dari Pusat Studi Strategis Sanaa, Abdulghani Al Iryani, menyebut jumlah pejuang baru Houthi hampir mencapai 150.000 orang pada tanggal 12 Februari. Al Iryani menambahkan bahwa pasukan baru ini akan ditempatkan di tempat strategis seperti Provinsi Marib, yang kaya sumber daya alam. Diketahui, Marib belum dikuasai sepenuhnya oleh Houthi.
“Provinsi ini memiliki cadangan gas dan minyak yang signifikan, dan merupakan basis utama bagi pemerintah yang diakui secara internasional,” tambahnya.
“Kalahnya negara ini akan menjadi pukulan besar bagi koalisi pimpinan Arab Saudi. Namun serangan apapun kemungkinan besar harus dilakukan setelah berakhirnya perang Israel di Gaza karena melakukan serangan lebih cepat akan mengikis politik utama di Gaza.”
Meskipun ada kekhawatiran atas hal ini, Nasr Al Din Amer, seorang pejabat Houthi yang mengawasi jaringan berita Yaman Saba, mengatakan kepada Al Jazeera bahwa kesepakatan masih dalam perundingan.
“Peluang untuk perdamaian ada. Bagi kami, kami tidak bermaksud menyerang pihak mana pun selain musuh Zionis, Amerika, dan Inggris, karena mereka menyerang kami, dan kami tidak punya niat untuk menargetkan pihak internal mana pun, kecuali jika mereka menargetkan kami untuk mengabdi pada Zionis.”
Berdamai dengan Saudi
Kelompok Houthi, juga dikenal sebagai Ansar Allah, melancarkan perang saudara dengan koalisi militer pimpinan Saudi yang mendukung pemerintah Yaman yang diakui secara internasional (IRG) sejak Maret 2015. Perang dengan Riyadh pecah beberapa bulan setelah Houthi mengambil alih ibu kota Sanaa pada bulan September 2014. Setelah hampir satu dekade berperang, Riyadh sangat ingin mengakhiri perang di Yaman. Analis menyebut prospek penghentian perang sangatlah kuat, dengan peristiwa perang Israel-Gaza tidak banyak mengubah hal tersebut.
Namun intervensi Houthi di Laut Merah yang membuat marah Amerika Serikat (AS) Washington dan Saudi sendiri merupakan mitra pertahanan yang kuat. Al Iryani FOR4D mengatakan prospek perdamaian dengan Riyadh tetap ada. Namun posisi Houthi sebagai aliansi perlawanan, dengan Hamas di Gaza dan Hizbullah di Lebanon, tetaplah kuat. Diketahui, poros perlawanan sendiri dibekingi oleh Iran, dan hubungan Riyadh dan Teheran membaik tahun lalu dengan inisiasi yang dilakukan China.
“Houthi dan Arab Saudi akan melanjutkan proses perdamaian. Namun Houthi kini menjadi bagian integral dari Poros Perlawanan,” ujar Al Iryani lagi.
Leave a Reply